MAKALAH TUGAS AKHIR SOFTSKILL “SISTEM FACE RECOGNITION”
MAKALAH
TUGAS AKHIR SOFTSKILL
“SISTEM FACE RECOGNITION”
Disusun oleh :
·
Dayu Firliyansyah (11117472)
·
Wicaksono Danu Waspodo (16117179)
·
Haidir Nur Ramadhan (12117628)
·
Reyhan Adrian Fernanda (15117088)
·
Tighana Satya Hade (15117960)
DAFTAR
ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI
....................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 2
1.1
LATAR BELAKANG
....................................................................... 2
1.2
TUJUAN ............................................................................................ 2
1.3
MANFAAT ........................................................................................ 2
1.4
RUMUSAN MASALAH ................................................................... 3
1.5
BATASAN MASALAH .................................................................... 3
1.6
METODE PENELITIAN ................................................................... 4
1.7
SISTEMATIKA PERMASALAHAN ............................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 5
2.1
KONSEP DASAR CITRA DIGITAL ................................................ 5
2.2
KONSEP DASAR CITRA DIGITAL RGB ....................................... 5
2.3
PENGOLAHAN DATA CITRA ........................................................ 6
2.4
FUZZY K-NN ..................................................................................... 7
2.5
PCA ( PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) ............................. 8
2.6
LDA ( LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS) ………………….. 8
BAB III PERANCANGAN SISTEM ................................................................... 9
BAB IV PEMBAHASAN
..................................................................................... 10
4.1 MEKANISME SISTEM
IDENTIFIKASI BIOMETRIK WAJAH .... 10
4.2 FACIAL
FEATURE DETECTION .................................................... 11
BAB VI PENUTUPAN ......................................................................................... 13
5.1 KESIMPULAN
................................................................................... 13
5.2 SARAN ............................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Face
recognition adalah salah satu tehnik biometric yang memungkinkan komputer atau mesin authentic untuk
mengenal wajah manusia. Salah satu aplikasi
dari pengenalan wajah adalah pengenalan banyak wajah, yaitu pengenalan wajah dari suatu citra yang terdiri dari banyak wajah.
Untuk membedakan beberapa wajah
manusia dalam suatu citra sangat sulit bagi system pengenalan wajah. Selain itu juga terdapat beberapa masalah Pada system pengenalan wajah otomatis, yaitu
ekspresi wajah, iluminasi atau pencahayaan dan jarak. Sistem pengenalan banyak wajah merupakan salah satu solusi
dari permasalahan ini. Multi face recognition mengambil karakteristik alami
yang ada pada tiap-tiap wajah untuk dikenali. Ada tiga tahap untuk melakukan
face recognition, yaitu deteksi
wajah, ekstraksi ciri dan klasifikasi. Deteksi wajah adalah suatu langkah dalam face recognition untuk menemukan
posisi wajah dari sebuah citra yang akan
di ekstraksi selanjutnya. Ekstraksi ciri adalah langkah untuk menentukan karakteristik alami dari suatu wajah
yang selanjutnya akan diklasifikasi atau
dikenali. Banyak metode yang bias digunakan untuk mengambil karakteristik
dari manusia, salah satunya adalah
CFLDA (complete fuzzy fisher linear discriminant). CFLDA adalah suatu pendekatan statistik yang memberlakukan property
statistic yang berbeda untuk tiap
objeknya, jadi setiap objek yang sama dimasukkan pada kelas yang sama dan untuk objek yang berbeda dimasukkan dalam
kelas yang berbeda. Sehingga CFLDA
merupakan sistem yang sangat handal untuk ekstraksi ciri dengan berbagai pose, dan iluminasi yang berbeda.Selanjutnya
ciri akan diekstraksi lagi dengan
algoritma fuzzy. Dalam tugas akhir
ini akan diteliti tentang pengenalan wajah, yaitu pengenalan wajah dengan citra banyak wajah, sehingga nantinya diharapkan
dapat menjadi suatu sistem keamanan yang handal. Diharapkan dengan Metode complete fuzzy fisher linear
discriminant, pengenalan banyak wajah ini dapat memperoleh tingkat akurasi yang tinggi.
1.2 TUJUAN
Tujuan
tugas akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Merancang
sistem pengenalan wajah dari tiap sumber dalam banyak wajah.
2.
Mendapatkan ciri yang membedakan wajah manusia
menggunakan metode complete fuzzy fisher linear discriminant.
3.
Mengetahui
tingkat akurasi sistem pengenalan wajah tercampur menggunakan complete fuzzy
fisher linear discriminant.
1.3
MANFAAT
Manfaat
tugas akhir ini antara lain sebagai berikut :
1.
Dapat
digunakan sebagai langkah awal dalam penelitian yang lebih lanjut sistem
Pengenalan wajah manusia dalam wajah yang tercampur.
2.
Dapat
mengenali wajah tertentu yang akan digunakan sebagai kontrol atau perintah
dalam suatu system identifikasi yang menggunakan sistem pengenalan wajah
walaupun dalam kondisi dimana banyak wajah didalamnya.
3.
Dapat
digunakan sebagai langkah awal untuk menciptakan sistem pencarian orang pada
suatu kumpulan manusia berdasarkan wajahnya.
1.4 RUMUSAN MASALAH
Sesuai
dengan latar belakang diatas maka didapatkan rumus permasalahan
sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
cara mendapatkan cirri dari wajah seseorang menggunakan Complete Fuzzy Linear Discriminant
Analysis (CFLDA).
2.
Bagaimana
perbandingan performansi system antara menggunakan CFLDA, LDA dan PCA.
3.
Bagaimana
merancang sistem pengenalan banyak wajah dengan metode ekstraksi ciri
menggunakan Complete Fuzzy Fisher Linear Discriminant dan K-nearest Neighbour
(KNN) sebagai metode dalam klasifikasi.
4.
Bagaimana
menganalisis tingkat akurasi dan waktu komputasi dari sistem pengenalan banyak
wajah secara non-real time.
1.5 BATASAN MASALAH
Dalam
penelitian ini, adapun beberapa batasan penelitian sebagai berikut :
1.
Citra
masukan yang digunakan merupakan Citra yang terdiri dari banyak wajah
2.
Data
image merupakan file digital dalam format *.jpg dengan ukuran 600 x 400 pixel.
3.
Citra
yang menjadi masukan adalah citra hasil pengambilan gambar dengan menggunakan
kamera digital dan pengambilannya dilakukan pada ruangan tertutup
4.
Citra
masukkan adalah citra yang terdiri dari satu wajah, dua wajah dan tiga wajah.
5.
Pengambilan
wajah dilakukan maksimal sebanyak tiga kali.
6.
Dalam
system pengenalan wajah tercampur ini dibuat menggunakan Matlab R2009a.
7.
Dalam
tugas akhir ini tidak membahas tentang Open CV pada Face detection.
8.
Metode
untuk ekstraksi ciri menggunakan Complete Fuzzy Fisher Linear Discriminant,
Linear Discriminant analysis dan Principle Component Analysis.
9.
Metode
Klasifikasi menggunakan K-Nearest Neighbour dengan jumlah k 1, 3, 5, 7, dan 9
dengan fungsi jarak Euclidean, cityblock, Cosine, Correlation.
10. Jumlah data latih sebanyak 255
data dengan 17 data untuk tiap wajah dan jumlah data uji sebanyak 900 data
dengan 60 data untuk tiap wajah.
1.6 METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan dengan metode-metode sebagai berikut :
1. Studi
Literatur
·
Perumusan,
pembelajaran, dan pengkajian mengenai sistem pengenalan banyak wajah, konsep
ekstraksi ciri, dan algoritma pengklasifikasian menggunakan berbagai referensi
yang mendukung dalam menganalisis permasalahan yang ada.
2.
Pencarian dan Pengumpulan Data
·
Membuat
suatu database yang terdiri dari banyak image training atau citra yang akan
diujikan
3.
Perancangan Model Sistem
·
Melakukan
desain sistem yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan sistem yang dibuat,
dimana hasilnya dituangkan dalam bentuk struktur diagram alir
4.
Implementasi Sistem
·
Pengimplementasian
hasil rancangan yang telah dilakukan sebelumnya menjadi sistem sebenarnya
dengan menggunakan software Matlab
5.
Pengujian dan analisis hasil
·
Pengujian
terhadap sistem yang telah dirancang dan dibentuk, kemudian dilakukan analisis
terhadap sistem berdasarkan keluaran yang dihasilkan dari sistem tersebut.
Keluaran dari sistem ini dianalisis tingkat akurasiannya.
6.
Penyusunan Laporan
·
Pembuatan
laporan hasil penelitian yang berisi hasil analisi dan kesimpulan tentang apa
yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan perumusan masalah yang telah
dibuat pada awal penilitian.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan
Tugas Akhir ini terbagi menjadi lima bab utama, dimana setiap bab saling
berhubungan
sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Selain itu disertakan
lampiran
sebagai bahan pendukung
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Citra Digital
Citra digital (digital
image) adalah citra kontinyu f(x,y) yang sudah didiskritkan baik koordinat
spasial maupun tingkat kecerahannya. Setiap titik biasanya memiliki koordinat
sesuai dengan posisinya dalam citra. Setiap titik juga memiliki nilai berupa
angka digital yang merepresentasikan informasi yang diwakili titk tersebut.
Format nilai piksel sama 3 dengan format citra keseluruhan. Pada kebanyakan
sistem pencitraan, nilai ini biasanya berupa bilangan bulat positif. Komputer
dapat mengolah isyarat-isyarat elektronik digital yang merupakan kumpulan
sinyal biner (bernilai dua: 0 dan 1). Untuk itu, citra digital harus mempunyai
format tertentu yang sesuai sehingga dapat merepresentasikan obyek pencitraan
dalam bentuk kombinasi data biner. Citra yang tidak berwarna atau hitam putih
dikenal sebagai citra dengan derajat abuabu (citra graylevel/grayscale).
Derajat abu-abu yang dimiliki ini bisa beragam mulai dari 2 derajat abu-abu
(yaitu 0 dan 1) yang dikenal juga sebagai citra monochrome, 16 derajat keabuan
dan 256 derajat keabuan. Dalam citra berwarna, jumlah warna bisa beragam mulai
dari 16, 256, atau 16 juta warna yang masing-masing direpresentasikan oleh
4,8,16 atau 24 bit data untuk setiap pikselnya. Digitalisasi dari koordinat
spasial citra disebut dengan image sampling, sedangkan digitalisasi dari
graylevel citra disebut dengan gray-level quantization. Citra digital dapat
dibayangkan sebagai suatu matriks dimana baris dan kolomnya menunjukkan gray
level di titik tersebut. Elemen-elemen dari citra digital tersebut biasanya
disebut dengan pixel, yang merupakan singkatan dari picture elements.
2.2 Konsep Dasar Citra RGB
Berdasarkan jenis
warnanya, citra digital dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu citra RGB,
citra grayscale, dan citra biner. Citra RGB (Red, Green, Blue) merupakan citra yang nilai intensitas pikselnya tersusun oleh tiga
kanal warna yaitu merah, hijau, dan biru.
2.3 Pengolahan Data Citra
Pengolahan citra adalah
pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan komputer, menjadi citra yang
kualitasnya lebih baik.meskipun sebuah citra kaya informasi, namun seringkali
citra yang kita miliki mengalami penurunan mutu (degradasi ), misalnya
mengandung cacat atau derau (noise), warnanya terlalu kontras, kurang tajam,
kabur (blurring), dan sebagainya. Tentu saja citra semacam ini menjadi lebih
sulit diinterpretasi karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut
menjadi berkurang. Tujuan pengolahan citra digital adalah untuk mendapatkan
citra baru yang lebih sesuai untuk digunakan dalam aplikasi tertentu. Salah
satu jenis pengolahan citra adalah yang disebut dengan contrast
stretching.contrast stretching ini adalah teknik yang digunakan untuk
mendapatkan citra baru dengan kontras yang lebih baik daripada kontras dari
citra asalnya. Citra yang memiliki kontras rendah dapat terjadi karena
kurangnya pencahayaan, kurangnya bidang dinamika dari sensor citra, atau
kesalahan setting pembuka lensa pada saat pengambilan citra. Ide dari proses
contrast stretching adalah untuk meningkatkan bidang dinamika dari gray level
di dalam citra yang akan diproses.pengolahan citra (image processing) bertujuan
untuk memperbaiki kualitas citra dengan suatu tujuan tertentu. Beberapa alasan
mengapa perlu dilakukan pengolahan citra, antara lain :
1. Untuk mendapatkan citra asli dari suatu citra yang sudah buruk
karena pengaruh derau. Proses pengolahan bertujuan untuk mendapatkan citra yang
diperkirakan mendekati citra sesungguhnya.
2. Untuk memperoleh citra dengan karakteristik tertentu dan cocok
secara visual yang dibutuhkan untuk tahap lebih lanjut dalam pemrosesan
citra.
Terdapat
lima proses dalam pengolahan citra digital, yaitu image restoration, image
enhancement, image data compaction, image analysis, dan image segmention Disini
akan dibahas semua yaitu
1)
Image enchancement
Image enhancement
bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara memanipulasi
parameter-parameter citra. Dengan operasi ini, ciri-ciri khusus yg terdapat
dalam citra lebih ditonjolkan.
2)
Image restoration
Bertujuan menghilangkan/meminimumkan
cacat pada citra. Tujuan hampir sama dgn operasi perbaikan citra, bedanya, pada
pemugaran citra penyebab degradasi gambar diketahui. Contoh dari pemugaran
citra adalah penghilangan kesamaran (deblurring) dan penghilangan derau.
3)
Image compression
Tujuan dari pemampatan
image adalah agar citra dpt direpresentasikan lebih kompak shg memerlukan
memori yg lebih sedikit, namun citra harus tetap mempunyai kualitas gambar yg
bagus .
4)
Image segmentation
Untuk memecah suatu
citra ke dalam beberapa segmen dengan suatu kriteria tertentu. Jenis operasi
ini berkaitan erat dengan pengenalan pola.
5)
Image analysis
Bertujuan menghitung
besaran kuantitatif dari citra untuk menghasilkan deskripsinya. Mengekstraksi
ciri-ciri tertentu yang membantu dalam identifikasi objek. Proses segmentasi
kadang diperlukan untuk melokalisasi objek yg diinginkan dari sekelilingnya.
Contoh dari pengolahan image analysis adalah deteksi tepi, ekstrasi batas, dan
ekstrasi daerah.
2.4 Fuzzy K-NN
Fuzzy K-NN dalam Face Recognition digunakan untuk mengenali wajah
manusia pada saat pengetesan. Fuzzy K-NN merupakan
salah satu metode klasifikasi dengan menggabungkan teknik Fuzzy dan K-NN.
Metode ini tidak seperti metode lain yang mana pada metode ini akan secara
tegas memprediksi kelas yang diikuti oleh data uji berdasarkan perbandingan K
terdekat. Dasar dari algoritma FK-NN adalah untuk
menetapkan nilai keanggotaan sebagai fungsi jarak vektor dari KNN dan
keanggotaan tetangga mereka di kelas yang memungkinkan. Metode ini berperan
penting dalam menghilangkan ambiguitas dalam klasifikasi. Selain itu, sebuah
instance akan memiliki derajat nilai keanggotaan pada setiap kelas sehingga
akan lebih memberikan kekuatan atau kepercayaan suatu instance berada pada
suatu kelas.
2.5 PCA ( Principal
Component Analysis)
PCA adalah sebuah transformasi linier yang biasa digunakan pada
kompresi data. PCA juga merupakan teknik yang umum digunakan untuk menarik
fitur-fitur dari data pada sebuah skala berdimensi tinggi. PCA memproyeksikan
data ke dalam subspace. PCA adalah transformasi linear untuk menentukan sistem
koordinat yang baru dari data. Teknik PCA dapat mengurangi dimensi dari data
tanpa menghilangkan informasi penting dari data tersebut dan PCA dapat
mereduksi dimensi seminimal mungkin dengan tetap mempertahankan informasi yang
terkandung di dalamnya.
2.6 LDA ( Linear
Discriminant Analysis)
Yaitu sebuah metode yang digunakan dalam ilmu statistika, pengenalan pola dan
pembelajaran mesin untuk
mencari kombinasi linear fitur yang menjadi ciri atau yang memisahkan dua atau beberapa objek
atau peristiwa. Kombinasi yang diperoleh dapat dijadikan pengklasifikasi linear, atau biasanya digunakan untuk proses reduksi dimensionalitas sebelum pengklasifikasian. Dalam Face Recognition penggunaan LDA dengan penggunaan webcam
untuk menangkap gambar secara real-time. Metode ini mempunyai komputasi yang
sederhana dan cepat dibandingkan dengan penggunaan metode yang memerlukan
banyak pembelajaran seperti jaringan syaraf tiruan. Secara garis besar proses
dari aplikasi ini adalah kamera melakukan capture pada wajah. Metode LDA dipilih
karena untuk feature extraction dan pengenalan wajah menggabungkan distribusi
sampel dan mempertimbangkan informasi yang diskriminatif dari within-class
scatter matrix (Matrik SW) dan between-class scatter matrix (Matrik SB).
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
Saat ini aspek keamanan menjadi salah satu prioritas
utama bagi setiap orang, termasuk dalam hal kepemilikan gadget. Dan ketika
password dirasa tidak cukup, biometric menjadi solusi untuk diimplementasikan
sebagai access control pada gadget, misalnya pada ponsel. Ponsel Android yang
sedang menjadi primadona membuat para penggunanya begitu mengedepankan aspek
keamanan dan eksklusifitas. Mereka tentu tidak ingin orang lain mengakses
ponsel Android mereka secara bebas dan tanpa izin. Oleh karena itu, penulis
ingin merancang dan mengimplementasikan sistem pengenalan wajah sebagai fungsi
unlock screen pada handset Android.
Pada tahap pre-processing, dilakukan operasi
cropping, resizing, pengubahan menjadi citra greyscale, dan histogram
equalization untuk normalisasi cahaya. Sistem pengenalan wajah (face
recognition system) dirancang menggunakan pendekatan eigenface. Pada tahap
klasifikasi, Euclidean distance digunakan untuk menentukan tingkat kemiripan
antara citra input baru dengan yang ada di dalam database.
Performansi sistem diukur berdasarkan aspek akurasi
dan waktu proses. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis, pada kondisi terang
dan redup, Equal Error Rate (EER) 20% dicapai pada threshold 198 dan 213. Untuk
jarak akuisisi 40 cm, nilai EER 20% dicapai pada threshold 198. Sedangkan pada
jarak akuisisi 80 cm, sistem mulai menunjukkan penurunan akurasi ditunjukkan
dengan nilai EER 20% dicapai pada threshold yang cukup tinggi yaitu 225. Citra
hasil resizing berukuran 200×200 menghasilkan nilai EER sebesar 35% dicapai
pada threshold 258.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Dalam perkembangan teknologi
global, identifikasi merupakan bagian penting dalam terjaminnya kerahasiaan
personal/data. Tahap kerahasiaan ini akan terjamin dengan memanfaatkan
identifikasi wajah dalam pengaksesan dan pelayanannya. Makalah ini membahas
proses identifikasi wajah.
4.1 MEKANISME
SISTEM IDENTIFIKASI BIOMETRIK WAJAH
Dalam tahap identifikasi biometrik dapat
mengidentifikasi individu-individu berdasarkan perbedaan lingkup karakteristik
behaviour/psikologi (biometric identifier). Hal ini dimungkinkan bahwa
karakteristik psikologi/behaviour setiap manusia berbeda-beda. Selain itu identifier
biometrik dianggap lebih reliable dibandingkan berdasarkan pemasukan token dan
pengenalan knowledge.
Mekanisme sistem biometrik dapat digambarkan dengan
beberapa fase :
·
Fase
Penggolongan (enrollment).
Pada fase ini masukan akan di
pindai (scan) oleh sensor biometrik, yang merupakan representasi karakteristik
digital.
·
Fase
Pencocokan.
Dalam fase ini inputan database akan dicocokkan
dengan identifikasi data. Dapat dimungkinkan adanya reduksi, sehingga
dihasilkan representasi digital. Hasil ini akan diproses dengan ekstraktor ciri
untuk menghasilkan suatu representasi yang ekspresif dalam bentuk template. Bergantung
aplikasinya template dapat disimpan dalam database di sistem biometrik atau
dapat direkam pada kartu magnetik (atau smartcard).
·
Fase
Pengenalan.
Karakteristik
individu dibaca oleh pembaca biometrik (reader). Selanjutnya dikonversi dengan format
digital, untuk diproses sebagai ekstraktor ciri (template). Hasil template ini
selanjutnya dicocokkan dengan identifikasi individu.
Sistem biometrik belumlah sempurna, karena suatu
saat masih dapat melakukan kesalahan dengan menerima impostor sebagai invidu
yang juga valid (terjadi kesalahan pencocokan), sebaliknya terjadi penolakan
terhadap individu yang valid (terjadi kesalahan ketidakcocokan). Untuk menjamin
terhindarnya kesalahan seperti itu, sesuai referensi memadukan ciri biometrik
wajah dengan ucapan, serta dari referensi memadukan biometrik wajah dengan ciri
tanda-tangan. Selain itu dalam penerapannya ukuran database template sangatlah
besar, bahkan dalam database perbankan pusat pernah terjadi bottleneck saat
proses identifikasi.
Sistem biometrik yang ideal, diharapkan mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
·
Aspek
universal, artinya ciri ini dapat berlaku secara umum (bahwa setiap manusia
mempunyai karakteristik).
·
Aspek
unik (tidak ada dua manusia yang mempunyai karakteristik yang sama),
·
Ketiga
haruslah bersifat permanen (karaktristik personal yang tidak berubah-ubah) dan
terakhir dapat dihimpun (collectable), karakteristik ini mudah disajikan oleh
sensor dan mudah dikuantisasikan dan dikuantifikasikan.
Selain
beberapa hal yang harus diperhatikan dari mekanisme ini adalah masalah kinerja
(dalam mekanisme ini akurasi sistem, kecepatan, kehandalan) perlu
mempertimbangkan adanya resource, faktor-faktor operasional dan pengembangan,
dsb. Hal ini akan berpotensi sebagai kendala teknis. Selain itu adalah
akseptabilitas (daya terima pengguna) akan mendorong keyakinan user terhadap
akurasi dan kecepatan. Serta aspek circumvention yaitu aspek kemudahan sistem
yang tidak bergantung alat, mekanisme operasional, dsb.
·
Face Recognition
Sistem Face Recognition adalah sebuah solusi
identifikasi wajah dan pengenalan wajah. Sistem ini dapat diterapkan baik dalam
lingkungan web maupun dalam aplikasi desktop yang menggunakan wajah sebagai
autentikasinya atau pengenalan dan identifikasi wajah otomatis. Dapat berjalan
dalam lingkungan 32 bit maupun 64 bit, dapat dengan mudah diintegrasikan atau
dirubah sesuai dengan kebutuhan, yang dapat memberikan keleluasaan dalam
implementasi dan integrasi dengan software yang telah ada sebelumnya. System ini
dapat bekerja dengan wajah secara keseluruhan maupun dengan fitur wajah, mampu
mengenali wajah dalam gambar atau photo dan real-time video stream, juga dapat
digunakan untuk pembuatan aplikasi yang lebih luas, dari yang paling sederhana,
penghilangan efek red-eye sampai dengan solusi login biometrik. Penerapannya bisa berupa :
- Real-time biometric authentication system (sistem
autentikasi biometrik secara realtime), yang dapat digunakan untuk login oleh
user hanya dengan melihat ke arah webcam. Sistem ini menghilangkan autentikasi
sentuhan dan non-intrusive biometric.
- Tool penghilang red-eye otomatis yang dioptimasi
dengan pengenalan fitur wajah.
- Efek animasi wajah untuk industri entertainment.
- Aplikasi image enahancement dan editor grafis.
- Sistem otomatisasi grafis.
- Penampil gambar, enhacers, dan pengorganisasian dengan
pencarian berdasarkan wajah.
- Aplikasi untuk kamera digital, scanner, dan webcam.
- Tool dan plugin untuk gambar dan video effect.
4.2 FACIAL
FEATURE DETECTION
Sistem
ini menggunakan dan menerapkan algoritma yang mutakhir untuk melakukan
pendeteksian fitur wajah secara reliabel. Memproses gambar, mendeteksi wajah
manusia yang ada di dalam gambar, dan kemudian memberikan koordinat dari 66
titik fitur wajah, termasuk mata, bentuk mata, alis, bentuk mulut, ujung hidung
dan lain sebagainya.
Authentification
-
Foto
wajah disimpan dalam database komputer.
-
Komputer
mengiris-iris foto itu menjadi kotak-kotak kecil.
-
Detail
titik-titik di dalam setiap irisan diolah dengan metode algoritma menjadi data
matematis.
-
Sistem
analisis membedakan garis, pori-pori, dan tekstur wajah yang aktual, hingga
dapat membedakan kembar identik sekalipun.
-
Data
disimpan untuk dikonfirmasi dengan input data yang ingin dicocokkan.
BAB
5 PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Face
Recognition adalah sebuah solusi identifikasi wajah dan pengenalan wajah.
Sistem ini dapat diterapkan baik dalam lingkungan web maupun dalam aplikasi
desktop yang menggunakan wajah sebagai autentikasinya atau pengenalan dan
identifikasi wajah otomatis. Ini bisa diartikan bahwa face recognition memudahkan
kinerja dari suatu alat yang mengutamakan wajah dalam objeknya seperti kamera. Dan
juga jika orang ingin kemanan yang maksimal dapat menggunakan face recognition
ini karena hanya wajah dari pengguna tersebut yang mampu membukanya memakai
wajahnya
5.2 SARAN
Dan
dalam sisi keamanan dengan adanya face recognition diharapkan sistem keamanan
dalam sistem atau perangkat tertentu lebih aman karena hanya bisa dibuka oleh
wajah yang bersangkutan. Dalam sisi elektronik atau kamera, diharapkan
kedepannya mampu mempertajam atau memperfokus objek wajah yang ingin dijadikan
objek agar hasil terlihat lebih nyata dan bersih
Komentar
Posting Komentar